Untuk yang lahir pada hari pada tanggal empat belas.
Sudah empat kali bulan berotasi mengelilingi bumi sejak hari itu. Hari Rabu yang sedatar biasanya, dengan setumpuk buku rumus dan kumpulan soal IPC. Dengan sederet jadwal kelas intensif dan janji diskusi dengan tentor. Masih dengan setitik noktah harapan tentang satu bangku di Perguruan Tinggi.
Lalu kita berjanji untuk makan siang bersama hari itu. Seperti belasan makan siang lainnya yang sudah kita lewati. Sebagai teman. Atau sedikit berbaik hati menyebutnya teman dekat.
Di tempat yang sama, menu yang sama. Kau dengan segelas es jeruk dan aku dengan segelas lemon tea. Tak ada pembicaraan khusus apapun kecuali ledekanmu tentang perempuan yang tak pernah diberi boneka selama 17 tahun hidupnya. Perempuan yang lebih sering diberi buku sebagai hadiah ulang tahunnya. Dan perempuan itu aku.
Kemudian kita pulang. Kau mengantarku pulang, tepatnya. Tapi kau memutuskan singgah untuk mengambil foto-foto kita saat liburan lalu. Dan foto-foto saat perpisahan SMA, kau dengan jas abu-abu dan aku dalam balutan gaun ungu.
Ini kunjunganmu yang entah keberapa puluh kalinya ke rumahku. Dari sekedar membagi cerita tentang jengahnya kita pada sistem penerimaan mahasiswa baru tahun ini sambil ditemani sebatang es krim stroberi hingga belajar teori gas ideal dan dua postulat Einsten. Lagi-lagi, sebagai teman.
Namun hari itu ada yang berbeda. Boneka lumba-lumba ungu di kamarku persis seperti yang kuceritakan berbulan yang lalu. Entah bagaimana kau masih ingat. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, perempuan itu diberi boneka. Boneka yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya sendiri.
Dan boneka itu tidak sendirian. Ada tulisan penyemangat disana. Iya, kau satu-satunya yang mengulurkan tangan ketika semua mulut sibuk bertanya kenapa aku gagal. Dan di balik tulisan penyemangat itu, satu kalimat tanya mengubah semuanya. Kau ingin memberi nama pada apa yang kita jalani setengah tahun ini.
Aku terdiam. Sistem limbic dalam otakku mencoba tenang agar bisa memberikan jawaban yang tepat dari Neocortex, bukannya jawaban gegabah dari R-Complex yang nantinya akan kusesali. Kita sama-sama paham, ini sama sekali bukan hanya tentang kira berdua. Kita sama-sama mendengar semua rumor yang beredar.
Tapi kau telah berdiri di bibir pintu dengan setangkai mawar. Lalu semuanya jelas. You decided to take the highest risk FOR US. Apalagi yang bisa kuberikan selain anggukan kepala? Dan 5 Juni 2013, I officially became your Vice Captain in our cockpit.
Selamat tanggal 5 yang keempat, Kapten. Beyond all the fights, the worst nights, our ups and downs, the hesitations; I love you, much.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar