Gambar diambil dari sini
Perempuan.
Muda. CEO. Tiga kata itu melekat pada diri Marissa Mayer, CEO Yahoo! yang
menjabat sejak tahun 2012. Selain menduduki posisi sebagai CEO Yahoo!, Marissa
juga merupakan seorang istri dari Zachary Bogue dan ibu dari seorang anak
laki-laki. Di tangannya, Yahoo! berhasil mengakuisisi Tumblr dan nilai saham
Yahoo! meningkat 100% dalam setahun. Menjadi CEO di usia 37 tahun menjadikannya
CEO termuda yang masuk dalam jajaran 500 CEO yang dirilis Fortune.
Salah
satu langkah yang dilakukan Mayer adalah mengubah budaya organisasi Yahoo! Ia
melarang karyawannya untuk bekerja dari rumah. Sebab, ia berpendapat, “Beberapa
orang merasa lebih produktif ketika mereka sendirian, tetapi mereka lebih dapat
berkolaborasi dan menghasilkan ide-ide yang inovatif ketika mereka bersama.
Ide-ide yang hebat datang dari dua ide berbeda yang disatukan.” Meskipun
menimbulkan kontroversi, terutama dari working
mom yang bekerja dari rumah, hingga kini Marissa tetap mempertahankan
peraturan ini.
Sebelum menjadi CEO Yahoo!,
Marissa merupakan Senior Vice President di Google. Di Google, kariernya pun tak
kalah cemerlang. Ia sempat mendesain home page Google, menciptakan struktur
manajemen produk, dan menjadi lini terdepan Google lewat perannya sebagai juru
bicara.
Marissa Mayer menjadi salah satu
tokoh yang cukup menginspirasi saya karena ia dapat mencapai hasil yang
cemerlang di bidang IT yang masih didominasi oleh para laki-laki. Hal ini
ditunjukkan oleh angka statistik yang mengatakan bahwa di tahun 2003, 84% siswa
yang ikut ujian SAT dan memilih jurusan Ilmu Komputer berjenis kelamin
laki-laki. Berbicara masalah gender, Marissa dapat menyeimbangkan perannya
sebagai CEO sekaligus istri dan ibu bagi anaknya. Di masa depan, I just want to be like her, finding the
balance in my roles as a career woman and a good mom and wife.
Hal
lain yang saya kagumi, Marissa merupakan seseorang yang menyukai tantangan.
Setelah lulus SMA, ia mengambil jurusan Kedokteran di Standford University.
Namun, akhirnya ia merasa pelajaran di Kedokteran cenderung fokus pada hapalan.
Sementara itu, ia menginginkan jurusan yang melatihnya untuk berpikir kritis
dan menjadi problem solver yang
hebat. Maka, ia memutuskan untuk ikut kelas programming
dan fokus pada bidang programming, terutama tentang artificial intelligence.
Keberhasilan Marissa tidak
diraih lewat jalan keberuntungan. Dari masa SMA, Marissa telah aktif di
berbagai kegiatan. Ia menjadi pemimpin di setiap klub yang ia ikuti. Ia sempat
menjadi Ketua dari Klub Bahasa Spanyol dan Kapten dari tim debat. Hal ini
menginspirasi saya untuk melatih jiwa kepemimpinan sejak dini.
Profesionalitas juga merupakan
sesuatu yang telah mendarah daging dalam diri Marissa. Semasa sekolah, ia
dikenal sebagai pekerja keras yang berusaha membuat semua pekerjaannya selesai
dengan hasil terbaik. Di mata teman-temannya, Marissa dipandang sebagai anak
yang “baik kepada siapa saja,” tetapi ia lebih suka melakukan hal-hal produktif
dibanding bercengkrama atau hang out dengan
teman-temannya. Saya setuju dengan tindakan ini karena menurut saya, untuk
mencapai apa yang diinginkan memang ada hal-hal yang perlu dikorbankan.
Hal terakhir yang saya kagumi
dari Marissa adalah ia senang mengajar. Di tahun pertama ia bekerja di Google,
Marissa juga turut mengajar di Stanford University. Ia telah mengajar 3000 mahasiswa
ketika ia dipromosikan di Google. Saking sukanya mengajar, ia bahkan membagikan pengetahuannya lewat program mentoring
bernama Associate Product Manager (APM)
yang ia ciptakan. Melalui program ini, Marissa memilih pekerja junior di
Google, memberikan mereka tugas, dan membuka kelas untuk mereka. Di akhir
program ini, Marissa akan mengajak seluruh “muridnya” di APM untuk mengunjungi
kantor Google di seluruh dunia.
Menurut
saya, StudentsxCEOs dapat membantu saya mencapai apa yang saya inginkan dengan
mempertemukan saya dengan para CEO yang sudah terlebih dahulu mencicipi
kesuksesan. Melalui pengalaman yang mereka bagikan, saya akan memahami bagaimana
berlikunya perjalanan untuk mencapai puncak kesuksesan dan mempersiapkan diri
menuju ke sana. Selain itu, sebagaimana Marissa yang senang mengajar dan
membagi pengetahuannya, saya percaya nilai Share
yang dipegang oleh StudentsxCEOs juga telah meresap di diri para alumninya.
Dengan demikian, saya tak hanya bisa belajar tentang kepemimpinan dari para
CEO, tetapi juga dari para alumni dan teman-teman sesama (InsyaAllah) Core Team
di Batch 4 ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar