20140324

The Ninth

Setiap ingin pergi
Izinmu tak pernah jadi
Kau tanya begini,
Apa tak bisa lagi diperbaiki?
Kujawab dalam hati
Ini kesempatan yang terakhir
Terakhir kali yang terjadi belasan kali.

Sekarang izinmu terucap
Pergilah, ujarmu kalap
Kuiyakan tanpa ratap
Meski mendadak semua gelap

Kenangan-kenangan menari salsa dalam kepala
Ingin kubunuh namun rautnya terlampau gembira
Aku tak tega, lalu harus apa?

Pelihara sajalah!
Biarkan kenangan kita tersimpan dimana-mana
Dalam file digital hingga udara
Dari material hingga hanya rasa

Sebab ia menjadi kausa
Kau dan aku masih jadi kita!


24032014
And I have known how break up with you feels like.





20140310

Anime Is Not Just Anime

Minggu ini, dosen saya yang seorang Weberian sejati itu memberi tugas yang lumayan "nyentrik". Kami sekelas ditugaskan mencari quote dari anime dan manga dan menghubungkannya dengan materi minggu selanjutnya. Saya bahkan tak paham bedanya manga dengan anime. Walaupun tugasnya bersifat dependensial alias sunah, tetapi tak ada salahnya kalau dicoba *optimis ceritanya*. 
Saya berhasil menemukan dua quotes seperti yang ditugaskan, tetapi hanya satu yang jadi favorit saya. Ini dia:

Once you've been hurt you learn to hate. But, if you hurt another you become hated. On your shoulders you sense guilt. But it is because one understands such pain, the generosity toward others become second nature. That's what makes us human.”


            Rangkaian kalimat di atas diambil dari anime Naruto Shippuden Episode 128 yang berjudul Tales of A Gutsy Ninja: Jiraiya Ninja Scroll. Jiraiya mengucapkan kalimat itu kepada Nagato ketika Nagato merasa sangat bersalah karena telah membunuh seseorang yang menyakiti Yahiko, teman Nagato.  Nagato mempertanyakan tindakannya dahulu, apakah merupakan sebuah kesalahan atau tidak. Jiraiya mengatakan tidak ada yang dapat menyalahkan Nagato tentang hal itu sebab bagaimana pun juga ia telah melindungi temannya. Namun, Jiraiya percaya justru karena kesalahan-kesalahan semacam itulah Nagato akan menjadi lebih baik nantinya.
            Dalam lingkup Perspektif Kewarganegaraan dalam Masyarakat, quotes di atas berisi nilai tentang tenggang rasa. Seseorang cenderung membenci orang yang menyakitinya. Mengacu pada pengalaman itu, individu belajar untuk tidak menyakiti orang lain karena mengetahui bagaimana rasanya saat disakiti dan dikejar oleh rasa bersalah ketika menyakiti orang lain. Kebencian dan rasa sakit ibarat siklus yang berputar. Konotasinya negatif, tetapi siapa sangka jika kedua hal ini malah menjadi kontrol moral bagi individu agar berbuat baik terhadap sesamanya.
            Nilai tenggang rasa tak sesederhana frasa “saling menghargai” seperti yang dipelajari saat duduk di bangku Sekolah Dasar dulu. Manusia adalah makhluk dengan subjectivity dan self-reference yang sangat tinggi. Ketika kita menghargai orang lain dengan tidak menyakitinya, sesungguhnya kita sedang berusaha melindungi diri kita sendiri dari kemungkinan rasa sakit yang sama. Sebagai contoh, kita tidak menyakiti orang dengan menghina kepercayaannya karena berharap orang lain pun tidak menghina kepercayaan kita sendiri.

Contoh yang paling dekat adalah bagi pengguna social media, berapa kali Anda me-like foto di Instagram teman Anda hanya karena Anda tahu bagaimana rasanya mem-posting sesuatu tapi tak ditanggapi sama sekali, bukannya karena fotonya yang memiliki nilai estetika tinggi? ….it’s because one understands such pain, the generosity toward others become second nature. That's what makes us human.