20150531

Saya Ingin Menjadi (Seperti) Marissa Mayer!

Gambar diambil dari sini


Perempuan. Muda. CEO. Tiga kata itu melekat pada diri Marissa Mayer, CEO Yahoo! yang menjabat sejak tahun 2012. Selain menduduki posisi sebagai CEO Yahoo!, Marissa juga merupakan seorang istri dari Zachary Bogue dan ibu dari seorang anak laki-laki. Di tangannya, Yahoo! berhasil mengakuisisi Tumblr dan nilai saham Yahoo! meningkat 100% dalam setahun. Menjadi CEO di usia 37 tahun menjadikannya CEO termuda yang masuk dalam jajaran 500 CEO yang dirilis Fortune.

Salah satu langkah yang dilakukan Mayer adalah mengubah budaya organisasi Yahoo! Ia melarang karyawannya untuk bekerja dari rumah. Sebab, ia berpendapat, “Beberapa orang merasa lebih produktif ketika mereka sendirian, tetapi mereka lebih dapat berkolaborasi dan menghasilkan ide-ide yang inovatif ketika mereka bersama. Ide-ide yang hebat datang dari dua ide berbeda yang disatukan.” Meskipun menimbulkan kontroversi, terutama dari working mom yang bekerja dari rumah, hingga kini Marissa tetap mempertahankan peraturan ini.

                Sebelum menjadi CEO Yahoo!, Marissa merupakan Senior Vice President di Google. Di Google, kariernya pun tak kalah cemerlang. Ia sempat mendesain home page Google, menciptakan struktur manajemen produk, dan menjadi lini terdepan Google lewat perannya sebagai juru bicara.

                Marissa Mayer menjadi salah satu tokoh yang cukup menginspirasi saya karena ia dapat mencapai hasil yang cemerlang di bidang IT yang masih didominasi oleh para laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh angka statistik yang mengatakan bahwa di tahun 2003, 84% siswa yang ikut ujian SAT dan memilih jurusan Ilmu Komputer berjenis kelamin laki-laki. Berbicara masalah gender, Marissa dapat menyeimbangkan perannya sebagai CEO sekaligus istri dan ibu bagi anaknya. Di masa depan, I just want to be like her, finding the balance in my roles as a career woman and a good mom and wife.

Hal lain yang saya kagumi, Marissa merupakan seseorang yang menyukai tantangan. Setelah lulus SMA, ia mengambil jurusan Kedokteran di Standford University. Namun, akhirnya ia merasa pelajaran di Kedokteran cenderung fokus pada hapalan. Sementara itu, ia menginginkan jurusan yang melatihnya untuk berpikir kritis dan menjadi problem solver yang hebat. Maka, ia memutuskan untuk ikut kelas programming dan fokus pada bidang programming, terutama tentang artificial intelligence.

                Keberhasilan Marissa tidak diraih lewat jalan keberuntungan. Dari masa SMA, Marissa telah aktif di berbagai kegiatan. Ia menjadi pemimpin di setiap klub yang ia ikuti. Ia sempat menjadi Ketua dari Klub Bahasa Spanyol dan Kapten dari tim debat. Hal ini menginspirasi saya untuk melatih jiwa kepemimpinan sejak dini.
                Profesionalitas juga merupakan sesuatu yang telah mendarah daging dalam diri Marissa. Semasa sekolah, ia dikenal sebagai pekerja keras yang berusaha membuat semua pekerjaannya selesai dengan hasil terbaik. Di mata teman-temannya, Marissa dipandang sebagai anak yang “baik kepada siapa saja,” tetapi ia lebih suka melakukan hal-hal produktif dibanding bercengkrama atau hang out dengan teman-temannya. Saya setuju dengan tindakan ini karena menurut saya, untuk mencapai apa yang diinginkan memang ada hal-hal yang perlu dikorbankan.
                Hal terakhir yang saya kagumi dari Marissa adalah ia senang mengajar. Di tahun pertama ia bekerja di Google, Marissa juga turut mengajar di Stanford University. Ia telah mengajar 3000 mahasiswa ketika ia dipromosikan di Google. Saking sukanya mengajar, ia bahkan  membagikan pengetahuannya lewat program mentoring bernama Associate Product Manager  (APM) yang ia ciptakan. Melalui program ini, Marissa memilih pekerja junior di Google, memberikan mereka tugas, dan membuka kelas untuk mereka. Di akhir program ini, Marissa akan mengajak seluruh “muridnya” di APM untuk mengunjungi kantor Google di seluruh dunia.

                Menurut saya, StudentsxCEOs dapat membantu saya mencapai apa yang saya inginkan dengan mempertemukan saya dengan para CEO yang sudah terlebih dahulu mencicipi kesuksesan. Melalui pengalaman yang mereka bagikan, saya akan memahami bagaimana berlikunya perjalanan untuk mencapai puncak kesuksesan dan mempersiapkan diri menuju ke sana. Selain itu, sebagaimana Marissa yang senang mengajar dan membagi pengetahuannya, saya percaya nilai Share yang dipegang oleh StudentsxCEOs juga telah meresap di diri para alumninya. Dengan demikian, saya tak hanya bisa belajar tentang kepemimpinan dari para CEO, tetapi juga dari para alumni dan teman-teman sesama (InsyaAllah) Core Team di Batch 4 ini. 


Artikel ini disarikan dari sana dan sini.