20131011

How I fell in love with Schramm

Schramm bukan cowok paling ganteng se-FISIP. Schramm juga bukan anak teknik yang oleh teman saya diyakini sebagai diamond in the mud-berlian di dalam lumpur-yang konon katanya selepas masa kuliah, cowok tekniklah yang paling bersinar masa depannya. 

Oke, ini salah fokus.

Schramm, lengkapnya Wilbur Schramm. Penemu salah satu model komunikasi yang menurut saya, just amazing. Beliau menggambarkan model temuannya itu dalam gambar seperti di bawah ini:



Source, encoder, signal, decoder, destination adalah elemen yang udah umum banget dalam komunikasi. Bahkan mulai dari Aristoteles pun punya konsep source dan destination-meski dulu masih sangat sederhana. Lalu Shannon-Weaver juga menggunakan istilah information source dan destination meski dia lebih menekankan pada penggunaan transmitter dan channel, sesuai dengan latar belakang mereka yang teknik banget, eyang Shannon dulunya teknisi telekomunikasi di Bell Telephone Laboratories.


So what does make Schramm different?

Field of Experience. 


Field of experience ini semacam commonness-kesamaan-yang dimiliki oleh dua pihak yang berkomunikasi. 
Semakin lebar irisan field of experience yang dimiliki oleh kedua belah pihak, signal akan lebih mudah disampaikan dan diinterpretasikan sesuai dengan keinginan source. 

Contoh gampangnya, ada orang asing, katakanlah bule Perancis yang ngomong, "merci beaucoup" kepada orang Indonesia yang gak pernah belajar bahasa Perancis. Source-si bule ini- berhasil meng-encode pesan jadi signal. Dan destinationnya-orang Indonesia berusaha men-decode pesan tadi supaya punya makna di dalam otaknya. Tapi karena gak ada commonness di antara mereka berdua tentang "merci beaucoup", orang Indonesia gak punya pengalaman tentang kalimat itu sebelumnya, there's no same field experience, maka signal tidak akan bisa tersampaikan dengan baik. Kalo signal gak tersampaikan dengan baik, jangan harap efek yang diharapkan bakal muncul.


And that's how a relationship works, too.


Inti dari semua persoalan cinta bertepuk sebelah tangan, friendzone, munculnya istilah PHP, a break up, even a serious case like a divorce adalah commonness yang gak ada-atau udah luntur. Iya. Percaya nggak?

Kenapa sampai muncul istilah PHP? Ya karena satu pihak udah mati-matian ngasih kode, tapi pihak yang satunya lagi mengartikannya beda karena field of experiencenya gak sama-yang satu nganggepnya serius banget, satunya cuma nganggep biasa aja. No commonness. 



So the point of making a relationship works is to expand the commonness in both field of experiences. 


Dan itu gak gampang :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar